Selamat datang, Kia Ora, Welcome to our virtual home!
Rini and Zuhdi have been in long distance relationship for nearly five year up until now.
This blog is dedicated to share our love story to other LDR couples.


Thursday, April 2, 2015

Lanjutan cerita honeymoon di NZ





Alhamdulillah, awal September lalu, saya dan husband berkesempatan mengunjungi South Island New Zealand setelah dari Wellington. Tiga kota di South Island yaitu Queenstown, Wanaka, dan Christcurch yang kami kunjungi, dengan total perjalanan hampir seminggu. Sangat singkat! Berikut beberapa foto yang menunjukkan ke agungan kuasa Allah dalam mencipta alam yang begitu cantik. Subhanallah! Dari lake Tekapo yang biru banget, sampe deretan Soutern Alps, subhanallah. 


my man menatap barisan gunung Aoraki



Fresh air, dan such a beautiful scenary


By Wakatipu Lake in Queenstown
Just love this view! :) 
Aku padamu, husband!!




Queenstown dari kejauhan


Wanaka








such a handsome man, my man!

Sakura yang sedang mekar, ga perlu ke Jepang buat liat sakura :D

Friday, September 26, 2014

Our Second Honeymoon Trip




Tiga minggu lalu saya dan suami menikmati bulan madu kami yang kedua dengan jalan-jalan di Selandia Baru.  Honeymoon ini sudah kami rencanakan dari beberapa bulan sebelumnya dan disesuaikan dengan jadwal libur kuliah saya dan day-off kerjanya suami. Waktu yang kami pilih pun juga memang bertepatan dengan awal musim semi disini, akhir Agustus, ketika udara sudah agak lebih hangat (13 – 18º Celcius ketika siang hari) sehingga nyaman untuk bepergian. Ada beberapa kota yang kami kunjungi yaitu Wellington, Queenstown, dan Wanaka.

W.E.L.L.I.N.G.T.O.N


Wellington merupakan kota pertama yang kami kunjungi. Wellington ini adalah ibu kota negara Selandia Baru. Kota ini tidak terlalu crowded laiknya Jakarta. Di zona pusat kota, ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi dengan jarak yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 10 – 30 menit. Beberapa tempat tersebut seperti:
1. Tepapa Tongarewa Museum
                Museum Tepapa Tongarewa adalah museum nasional Selandia Baru. Museum ini dikelola dengan apik dan interaktif, serta memiliki koleksi meliputi bidang seni, sejarah, Pasifik, Maori, dan sains dan lingkungan. Dengan cakupan koleksi yang luas dan beragam, museum ini cocok untuk dikunjungi oleh pengunjung dengan berbagai usia mulai dari anak-anak hingga dewasa. Ketika kami berkunjung, terlihat anak-anak sedang asyik menyimak video documenter mengenai letusan gunung api di Selandia Baru. Ada juga yang antusias melihat koleksi museum mengenai tata surya dan juga manifestasi budaya Maori. Selain itu, di lantai ke enam, ada viewing arena dimana pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Wellington yang cantik. Selain museum ini memiiki koleksi yang apik, pengunjung juga tidak dikenakan biaya untuk masuk ke museum. Jadi bisa menambah pengetahuan tentang Selandia Baru tanpa harus bayar. Lumayan banget kan?




Suami saya berfoto di depan replica bangunan Marae di Museum Tepapa, semacam bangunan tempat kegiatan komunitas bagi suku Maori.

Pemandangan kota Wellington dari viewing arena di Museum Tepapa



2. Wellington Cable Car


Wellington Cable Car sedang menuju Kelburn


                        Sudah hadir selama 110 tahun, Wellington Cable Car merupakan salah satu atraksi favorit penduduk local mau pun wisatawan yang mengunjungi Wellington. Cable car ini mempunyai rute yang dimulai dari teminusnya di Lambton Wuay, melintasi Victoria University hingga pemberhentian terakhir di Kelburn. Anda bisa merasakan romantisme perpaduan klasiknya gerbong cable dan menawannya pemandangan kota Wellington selama perjalanan dengan Cable Car ini. Tidak hanya itu, di Kelburn, ada cable car museum, juga ada look out spot untuk melihat kota Wellington, dan  Wellington Botanical Garden. Di Botanical Garden pun Anda bisa menikmati berbagai bunga yang lagi bermekaran, juga bisa mengunjungi Carter Observatory and Planetarium yang berada dalam komplek garden. Bagi yang berminat untuk mengunjungi penangkaran satwa Zealadia, tidak jauh dari Cable Car museum ada free shuttle menuju Zealandia.

Pemandangan dari lookout spot di Kelburn


Husband Ipoo di depan Wellington Botanic Garden landmark

 
Bunga Magnolia yang sedang bermekaran

3. The Beehive 

                  Beehive merupakan gedung parlemen selandia baru dimana para anggota parlemen dan perdana menteri menjalankan tugasnya. Gedung ini disebut Beehive yang artinya sarang lebah karena bentuknya yang menyerupai sarang lebah. Memiliki design yang unik, dan didekorasi dengan berbagai karya seni, Beehive merupakan salah satu tujuan wisata di Wellington. Pengunjung dapat mengikuti  1 jam tour gratis untuk berkeliling Beehive yang diadakan mulai dari pukul 10 pagi hingga jam 4 sore. Tidak hanya bisa menikmati keindahan design dan dekorasi, and sejarah Beehive, pengunjung yang mengikuti tour juga bisa mendapatkan informasi mengenai sistem pemerintahan dan proses di parlemen, hingga aktifitas rutin di parlemen. 




4. Cuba Street 

             Cuba Street merupakan nama salah satu jalan di Wellington. Di jalan ini terdapat banyak restoran, bar, second hand vintage boutique, hingga galeri seni. Bisa dikatakan Cuba Street sebagai tempat nongkrongnya Wellingtonians dan para wisatawan, terutama yang ingin menikmati nuansa bohemia ala Cuba Street sambil menyeruput kopi di Café atau berburu aksesoris dan pakaian vintage.




Husband Ipoo dan water fountain di Cuba Street

Wellington Waterfront
Wellington waterfront merupakan area pusat bisnis kota Wellington yg terletak di pinggir laut. Kawasan ini cukup asyik untuk jogging atau jalan santai di sore hari sambil menikmati sunset bersama orang tercinta. Beberapa aktifitas lain yang bisa dilakukan di kawasan ini yaitu bersepeda, skateboarding, dan kayaking.

 
View dari waterfront

Beberapa tempat yang telah saya sebutkan merupakan tempat-tempat yang kami kunjungi. Selain tempat-tempat tersebut ada beberapa objek wisata lain yang bisa dikunjungi di Wellington seperti Top of Mount Victoria dimana pengunjungi bisa menikmati pemandangan kota Wellington 360 derajat. Sayangnya, karena tightnya jadwal liburan kami, kami tidak sempat hiking ke Top of Mount Victoria. Mengenai transportasi, sistem transportasi di Wellington sangat teratur, bis terjadwal dan hampir menjangkau semua tempat wisata di Wellington. Ada day bus pass yang bisa dibeli dengan harga 9 dolar yang bisa dipakai untuk seharian naik bis bagi yang malas untuk jalan kaki. Ada hal yang paling saya sukai di Wellington yaitu kemudahan untuk mendapatkan akses internet. Di sepanjang area sentral bisnis terdapat hotspot wifi gratis yang bisa gunakan untuk sekedar melihat GPS jika anda tersesat atau tidak punya peta, atau upload foto-foto anda langsung ke social media secara live. :D Nah, sekian dulu cerita singkat mengenai objek wisata di Wellington.
  
Bis di Wellington ada yang masih pake kabel.


Husband Ipoo eksis di salah satu pojok kota wellington

Saturday, August 16, 2014

LDR? Siapa takut?


           
            Beberapa orang kolega cukup terkejut ketika saya bilang ini tahun kelima saya dan husband LDR. Ini tahun pertama kami LDR sebagai pasangan suami istri, though, dan 4 tahun sebelumnya kami lalui masa pacaran dengan LDR. Minggu lalu ada seorang teman bertanya, "Rini kan LDR setelah menikah, gimana tuh caranya biar survive relationshipnya?" Jadi tulisan ini didedikasikan buat pasangan yang khawatir akan LDR, khususnya temen saya tersebut.

            Pengalaman empat tahun pacaran LDR, buat saya dan husband sebenarnya capek sekali, makanya kami memutuskan untuk menikah agar bisa hidup bersama. Namun, ternyata skenario yang saya buat dengan husband untuk hidup bersama setelah menikah tidak bisa berjalan, karena faktor x, y, dan z. Jadi, beberapa bulan sebelum menikah, kami sampai pada keputusan bahwa husband akan tetap tinggal dan bekerja di Indonesia, tidak ikut sama saya ke New Zealand. Terus banyak juga pihak keluarga yang bilang, "Kalau gitu nikahnya nanti aja setelah Rini lulus kuliah?" Cuma persiapan wedding sudah kadung sekitar 70%, pun saya sudah beli tiket mudik buat wedding. Dan tentunya, saya sama husband pengen hubungan kami legal dan halal. :) Jadi keputusan kami pun bulat untuk menjalani LDR. Gentar juga sih sebenarnya, tapi kami go with the flow. Sampai akhirnya masa liburan summer saya berakhir dan saya harus kembali ke NZ.

          Saya ingat sekali perpisahan kami yang mengharukan di bandara, rasanya saya benar-benar tidak ingin kembali ke NZ, to be honest. Well, minggu pertama sampai di NZ tiap mau tidur saya nangis, rindu suami. Kondisi diperparah dengan flat yang tidak punya wifi, yang buat komunikasi sulit sekali dengan sms. Jackpot banget deh. Nah, tapi alhamdulillah, sekarang saya sudah setidaknya gak nangis tiap mau tidur, koneksi wifi juga udah lancar. Ini bulan ke 7 saya jauh dari suami, pengen sekedar berbagi tips survive relationship.


1. Pahami ekspektasi masing-masing

    Jadi karena jauh, beda zona waktu, kesibukan, dan sebagainya, menjaga komunikasi akan sangat challenging. Misal nih yah, saya sama husband beda 4 jam, husband baru selesai kerja, eh saya udh tengah malam, ngantuk-ngantuk kecapean beraktifitas sehari-hari. Tapi mungkin, ekspektasi husband saya, at least dalam sehari kami harus bertelpon-ria minimal sebentar sebelum saya tidur. Kami juga sepakat untuk saling mengabari paling tidak ketika break dari aktifitas atau klo mau kemana-mana saling kasih tau. Selain, itu mungkin ada hal lain yang diharapkan dari pasangan, misal kami sepakat walau jauh kami akan saling memperhatikan keluarga. Suami saya cukup rutin menelpon papa untuk menanyakan kabar, menelpon atau BBM kakak-kakak saya saat mereka ultah, atau sekedar berkabar-ria. Saya juga rutin sms-an dengan ibu mertua, fban dengan kakak ipar. Tentunya penting sekali menjaga komunikasi dengan anggota keluarga yang lain, karena menikah tidak cuma menyatukan dua orang, tapi dua keluarga.

FYI: Saya bawa nomor telkomsel ke NZ, jadi ibu mertua saya sms ke no telkomsel saya dengan tarif lokal, dan saya sms ke beliau dengan service gratis dari www.freesms4us.com

Hmm, jadi mungkin singkat ceritanya, pasangan harus saling terbuka tentang ekspektasi masing-masing nih, biar nanti ga ada salah satu pihak yang bilang "Kamu harusnya tau, saya pengennya kamu gini, gitu, dst?"
Ya gimana bisa tau mbak e, mas e, klo gak bilang. :D


2. Komitmen, luangkan waktu, hargai waktu yang telah di sepakati bersama

        Nah satu lagi yang penting itu komitmen, klo masing-masing pihak sudah tau ekspektasi dan menyatakannya. Pastikan untuk menjaga komitmen untuk menjalankan apa yg disepakati. Juga berkomitmen untuk saling setia, pastinya yah. hehehe. Kalau misalnya udah sepakat, tiap hari mau telponan sejam, pada jam sekian, luangkan waktu, harga kesepakatan tersebut. Dengan begitu nanti juga pasangan yakin nih, wah, suami saya atau istri saya, memang committed to untuk jaga relationship kami, menempatkan saya pada priority listnya. Misal yah, kadang saya terharu sekali, suami, walau capek setelah kerja, secara konsisten menelpon saya pada jam yg kami sepakati bersama, walau kadang-kadang ketika bertelponan suami saya atau saya sering ketiduran karena capek. :D hehehe.

Kesimpulan, komitmen penting banget! Apalagi komitmen untuk saling setia dan menjaga diri selama jauh dari pasangan.

3. Jaga intensitas komunikasi : sering-sering komunikasi via BBM, skype.

           Seperti udah saya ceritakan di poin 1, saya sama husband selalu berusaha menjaga intensitas kommunikasi. Jaman belum punya smartphone dan belum nikah, kami sehari bisa pake 200 sms untuk saling mengabari, dan bertelpon ria minimal 3 jam. Ini juga sebenarnya hal utama survive-nya relationship kami. Nah, sekarang, karena punya smartphone, kami, anytime lagi break kerja, bangun tidur, mau makan, mau sholat, pasti BBM chat atau voice chat, sekedarnya tanya lagi apa, gimana kabarnya, tidurnya nyenyak gak. Hal-hal yang nampak sepele, tapi sebenarnya sangat signifikan untuk membangun kedekatan hati walau jarak ribuan kilometer. Pun pake BBM voice kami biasanya bertelponan 2-3 jam sehari, ngobrol ngalor ngidul. Kayak semalem saya sama husband, pilih nama bayi, ngobrolin tentang pencapaian main game candy crush. :D

4. Percaya aja

         Ada juga yah kadang mungkin yang nyeletuk, "Rini wah gimana tuh jauh sama suami? Yakin suami bakal setia?" Saya yakin Allah yang maha membolak-balikkan hati, jadi tiap selesai sholat selalu berdoa agar hati suami saya dijaga hanya untuk saya. Amiiin.. Yang pasti, klo berjauhan kan jelas kita ga bisa kontrol aktifitas pasangan yah, kita juga ga bisa ngawasin si dia 24 jam. Ya percaya aja, ada Allah yang insyaAllah akan jaga pasangan kita. Doanya dirutinkan sembari melakukan point 1, 2, dan 3. Gitu kira-kira prinsip kami.

5. Let it flow dan be flexible

            Ini tips dari suami saya nih, katanya let it flow ajah, enjoy aja. Mungkin awal LDR akan terasa berat, rindu sekaliiii, nikmati aja, nanti lama-lama akan adjust dengan situasi. Lalu, be flexible dengan dinamika. Misal contoh nih yah, saya sama suami dulu sering ribut karena kami sepakat malam minggu malam yg spesial, eh ternyata tiap malam minggu tahun lalu saya stuck di lab ngerjain tugas kuliah, sementara husband sibuk di ngumpulin data di near shore atau ke offshore. Makin kesini kami makin enjoy aja sih, klo misal lagi ada hal-hal yang memang mendadak dan sangat urgent untuk dikerjakan dan membuat kami ga bisa bertelponan di malam minggu, ya wes, gak papa. :D

6. Do something in common

        Walau jauh, usahakan untuk punya something in common yang bisa bikin obrolan tetep nyambung. Saya dan husband sebenarnya dari dua lingkungan yang berbeda, kami dari universitas yang beda, culture yang beda, dan gak begitu banyak friends atau things in common. Jadi, buat kami penting untuk membangun things in common, contohnya, saya join grup watsap yg isinya mantan temen sekost-nya waktu kuliah dan istri mereka. Blog ini juga sebenarnya upaya untuk build things in common diantara kami. :D Jadi tiap bertelponan ada topik yg bisa bikin obrolan keep going.

7. Little surprise presents or something special

      Nah lastly yang bisa saya bagi adalah walau jauh siapa bilang kita ga bisa ngelalui momen kayak ultah atau anniversary dengan spesial? Baru-baru ini  buat ultah husband, saya design t-shirt dan minta t-shirtnya di delivery ke husband. Enak mah sekarang online shop banyak, transaksi pake internet banking gampang juga. Jadi, walau istrinya jauh, husbandnya tetep dapet kiriman hadiah ultah yang spesial.

     So far, alhamdulillah kami baik-baik saja dengan mempraktekkan apa yang saya share diatas. Finally, saya mau bilang LDR berat, klo bisa jangan LDR sebenarnya, tapi klo memang terpaksa LDR, jangan khawatir, insyaAllah semuanya akan baik-baik saja.

LDR? Siapa takut?
*takutnya ke Allah ajah, takut bikin Allah murka klo tidak setia sama suami atau istri dan berbuat dosa*

PS. Bagi pemula LDR yang lagi having hard time, bisa kontak saya yah, kita saling menguatkan dan sharing aja.

Cheers,

Rini & Zuhdi


Saturday, July 12, 2014

Komunikasi dalam LDR

Pagi ini saya menemukan husband's old blog. Sedih juga membacanya, husband ternyata kalau lagi berantem sama saya dulu suka nge-blog. Ada beberapa post tentang kegalauan hatinya ketika kami sedang berkonflik. Maapin Imoo ya, Husband.


My husband and I (2012)

Tahun pertama dan kedua kami pacaran memang cukup penuh badai. Kami seringkali ribut tentang hal-hal yang menurut saya sebenarnya sangat sepele, namun buat husband itu benar-benar penting. Misalnya, saya telat balas sms, dan saya tidak angkat telepon. Menurut husband, komunikasi diantara kami sangatlah penting. Husband saya tipikal orang yang kalau mengirim pesan akan menunggu balasan pesan, dan jadi sedikit tidak sabaran kalau pesannya lama di balas atau telponnya tidak diangkat. Selain itu, saya dan husband sebenarnya tergolong mahasiswa yang cukup sibuk, entah itu kuliah maupun kegiatan organisasi, belum lagi kondisi saya yang commute dari Palembang ke Indralaya hampir tiap hari menambah rumitnya jadwal dan kesibukan kami. Alhasil, spare time kami kadang tidak match, seringkali saat husband sibuk, saya lagi gak sibuk, menanti-nanti sms dan telpon darinya, dan begitu pun sebaliknya bagi husband. Singkat cerita, mengatur waktu komunikasi sangatlah challenging bagi kami berdua.

Tapi Alhamdulillah, husband benar-benar serius berjuang untuk menjaga intensitas komunikasi kami. Kami bahkan punya perjanjian komunikasi yang ditulis oleh husband dan kami sepakati bersama. :D Poin-poin dalam perjanjian itu misalnya batas maksimal waktu delay dalam membalas sms, toleransi alasan kenapa tidak mengangkat telepon, dan hal-hal lainnya.

Pertanyaannya, apakah perjanjian ini worked it out dan menghentikan konflik kami soal komunikasi? Yep, it did, tapi tidak selalu, kadang kami masih sering berkonflik juga. Tapi seiring waktu berjalan, mungkin sekitar tahun ketiga, husband jadi lebih sabar misalnya ketika saya balas sms-nya agak lama. Saya mau menggaris bawahi disini bahwa surat perjanjian yang kami buat tetap berperan penting untuk me-manage ekspektasi dari masing-masing pihak, dan tentunya cinta dan komitmen membuat kami tetap bersemangat menjaga komunikasi agar hati tetap bersama walau secara fisik kami jauh terpisah.






Half Anniversary and Husband's Visit to NZ

Beberapa minggu lagi, insyaAllah, husband Ipoo akan berlibur ke New Zealand. Kami berdua sangat excited menantikan hari itu tiba. Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu dengan husband. Walau kami rutin bertelpon-ria atau skype-an, tapi tentunys beda dengan ketemu langsung. :)

Bulan lalu, 27 Juni 2014, usia pernikahan kami tepat 6 bulan. 6 bulan ini terasa luar biasa penuh perjuangan karena kami melaluinya secara long distance. Adakah perayaan khusus? Gak juga sih, saya hanya menelpon suami di pagi hari, ngucapin happy half anniversary :D. Tapi hari itu malah suami khawatir sekali karena ada sedikit masalah dengan kanal telinga saya, yg membuat saya menghabiskan hari berharga ini beberapa saat di klinik. 

By the way, doa saya sederhana, semoga pernikahan kami jadi pernikahan yang berkah, langgeng hingga ke surga, amiiiin.. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya suami yang paling kece sedunia buat saya. :) I love you, husband. 


Wednesday, June 25, 2014

Prolog

Our love story started in late 2009. I met my husband in a conference. My first impression about him was that he was an annoying guy. But it turned out that we made a really good friendship and decided to date several months later. In the beginning, I thought we would probably last only for three months, I mean that was the rational projection of our relationship, we only met for two days, communicate mostly by text or phone, hardly have anything in commons but the friends that we had in the conference, back at that time. But thanks God, we made it through all this five years up until now.


Now, I can proudly say now that I am a proud wife of Arif Zuhdi.